sebuah kiasan pernah kudengar dari negeri seberang, mati bertanduk tertawa duduk, yang artinya kurang lebih semakin menjadi akan keinginan seseorang, maka beban yang akan ditanggung akan semakin berat, hingga tak terasa kau akan menggali lubang kuburmu sendiri. sungguh aneh kiasan diatas, dan seolah menggambarkan cerminan diri, akan hausnya keinginan, puncak keemasan, kejayaan, harta, dan juga segala seluk beluk dunia.
tak terasa, hawa dingin menusuk dari belakang ketika umur ini tak lagi berdaya menghadapi beban yang semakin berat. kutoleh kebelakang, hanya sekilas nampak harapan masa lalu yang gemerlap bagai embun yang menyejukkan. sungguh ironis, embun yang membakar diri hingga tak sanggup ku berdiri.
tertawa, masa muda sungguh bahagia, begitu pula ketika aku, dengan gagahnya menyombongkan diri, betapa aku sanggup membeli semua hal di dunia ini. persetan dengan naluri, hati nurani, ataupun khotbah dari para kyai. ya Tuhan, masih adakah ampunan bagi diri ini???
semoga, kenyataan hidup masih mampu membuka hatimu, mencairkan kebekuan, dan menghangatkan selaksa nurani yang tertidur pulas dalam ranjang dinginmu. harapanmu, keinginanmu, dan apapun yang kau inginkan, sebatas doa lah yang mampu kupanjatkan.
semoga, dirimu menjadi insan yang iman dan taqwa Illahi, dan sanggup menaklukkan batuan dan tebing curam yang senantiasa terbentuk seiring dengan bertambahnya keinginan dan godaan akan duniawi.
semoga, harapan dan keinginanmu terus hidup dan akan selalu engkau kejar tanpa henti, tanpa meninggalkan norma agama, dan norma lain, hingga kau sanggup berkata “Aku Bisa”.
semoga, untukmu, seseorang di hari ini…
30 Agustus 2009, 01:00
1 comment:
semoga ia mendengarkan... :)
Posting Komentar